Keinginan masyarakat yang terus menuntut, menimbulkan rasa tidak percaya kepada para pemimpin bangsa yang sekarang ini hanya berkoar koar tak pasti. Tuntutkan ekonomi, menjadikan diri bangsa ini seperti menjual harga diri demi sesuap nasi. Saya heran dengan para pemimpin kita, yang di gadang-gadang akan menjadi perubah hidup masyarakat. Mereka bak para raja yang telah memenangkan pertempuran, di elu-elukan di bangga banggakan tapi menusuk dari belakang.
Janji hanyalah janji,seperti air mani yang kita rasa butuh dikeluarkan harus mencari tempat dan bahkan harus mengeluarkan uang, sesudah itu dibuang dan ditinggal. Mungkin semua ini hanyalah sebuah permainan para pengemis uang yang tak pernah puas meminta-minta uang demi perut buncitnya.
Yahh... apalah daya negeri kita terlalu sakti sampek pantat dan pungungnya sendiri mampu mereka jilat-jilat. Kita lihat beberapa hari belakangan ini anak presiden menuntut kepada sebuah media swasta karena pencemaraan nama baik, demi nama yang apalah arti nama itu dia mengeluarkan uang banyak. Mereka tidak lihat yang ada di bawah sana di kolong kolong jembatan, di pinggir-pinggir jalan. Mereka seperti anjing kelaparan sampai kotorannya sendiri pun mereka makan.
Rerumputan yang bergoyang mereka menangis karena mereka hanya sebagai bahan kambing hitam, pemerintah seperti kejatuhan berlian jika mendengar kata kata impor. Mereka langsung rapat besar-besaran menggalang dana yang cukup untuk membeli pulau hawai. Tapi kenyataan yang terjadi hanya di bagi-bagikan dalam birokrasi dan sisanya untuk rakyat.
Memang rakyat kita terbiasa dengan barang sisa sampai tanah yang semestinya mereka tanami dengan makanan bergizi mereka makan secara langsung.
Sepenggal Clotehan
Yahh... apalah daya negeri kita terlalu sakti sampek pantat dan pungungnya sendiri mampu mereka jilat-jilat. Kita lihat beberapa hari belakangan ini anak presiden menuntut kepada sebuah media swasta karena pencemaraan nama baik, demi nama yang apalah arti nama itu dia mengeluarkan uang banyak. Mereka tidak lihat yang ada di bawah sana di kolong kolong jembatan, di pinggir-pinggir jalan. Mereka seperti anjing kelaparan sampai kotorannya sendiri pun mereka makan.
Rerumputan yang bergoyang mereka menangis karena mereka hanya sebagai bahan kambing hitam, pemerintah seperti kejatuhan berlian jika mendengar kata kata impor. Mereka langsung rapat besar-besaran menggalang dana yang cukup untuk membeli pulau hawai. Tapi kenyataan yang terjadi hanya di bagi-bagikan dalam birokrasi dan sisanya untuk rakyat.
Memang rakyat kita terbiasa dengan barang sisa sampai tanah yang semestinya mereka tanami dengan makanan bergizi mereka makan secara langsung.
Sepenggal Clotehan
No comments:
Post a Comment