Saturday, March 30, 2013

Merenung.

      Disini aku hanya bisa terdiam melihat para buruh sedang menangis kesusahan. Demi anak tercinta mereka rela 24 jam bekerja tanpa rasa lelah. Gaji yang tak seberapa dan janji dari seorang pejabat pemerintahan yang tak kunjung datang membuat mereka hanya mengeluh dan megeluh, keluhan mereka tak pernah didengar oleh para pemimpin mereka. Hanya janji palsu yang selalu mereka dapat,berharap dan harapan mereka terasa semu. Tak ada yang peduli dengan mereka. Mereka menangis melihat para pemimpin mengglontorkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan satu propinsi hanya untuk pesta dan foya-foya.
         Yah inilah negeri ku negeri yang kaya raya sampai tak perduli terhadap rakyatnya. Sampai-sampai tak ada lagi yang tahu kalo negara ini seperti bau parfum. Diluar berbau wangi di dalam penuh bakteri. Kita lihat di negara lain kita terkenal dengan produksi kelapa sawitnya dan akhir-akhir ini kita menjadi penghasil minyak mentah terbesar di dunia. Kenyataannya itu hanya sebuah clotehan belaka tak ada imbas yang nyata bagi keadilan ekonomi kepada rakyat jelata.
         Kenapa harus bangga jika didalam kita hanya seperti babu. Kenapa kita harus berbangga jika selama ini kita di bohongi oleh para pedebah-pedebah negeri yang kerjaannya hanya berkoar-koar dan mengobral janji. Katanya kita harus menanamkan sifat cinta negeri tapi jika kita tak di hargai lebih baik lari. Kita lihat hasil dari Habibie dulu dia tak dianggap setelah mendirikan perusahaan yang besar dan memebuat negara-negara lain salut atas hasil karya anak negeri malahan di ambil  katanya untuk rakyat, tapi kenapa Freepot tak di kuasai pemerintah. Kita hanya untung 10% saja dan kita hanya menjadi babu di negara kita sendiri. Sungguh aneh.....

Thursday, March 28, 2013

Heran


Negara yang katanya kaya, semakin lama semakin tidak karuan.Dimana program program yang di jalankan tak sesuai harapan masyarakat. Kita lihat saja program jangka panjang yang ada di tahun 2014. Tak ada efek yang nyata di tahun 2013 ini. Malahan sekarang banyak kasus yang menimpa,kasus apa lagi kalau tidak KORUPSI penyakit yang sudah lama Negara ini alami. falsh back di tahun 2012 lalu yang mana seorang pemipin partai yang katanya di dalamnya berisi orang beritelektual tinggi dan memiliki idiologi paratai berasas agama.malahan mengeruk dan membuat-buat program 2014 tak sesuai harapan. Birokrasi yang semakin carut marut pun menimbulkan efek nyata bagi masyarakat.
Kita lihat Negara kita memiliki potensi besar dalam bidang peternakan tapi nyatanya daging aja harganya hampir sama dengan harga emas yang notabene barang mewah. Dan hal ini malah di manfaatkan untuk mengeruk untung yang besar dengan cara mengimpor daging luar negeri yang kandungan gizinya pun belum tentu sebauk yang di gadang gadang para penguasa serakah.
Sebenarnya kita bisa menjadi macan asia lagi selagi kita mau, tapi kita aja tidak mau memaksimalkan potensi di dalam negeri sendiri. Ketergantungan terhadap negara lain dan mendewakan Negara lain masih menjadi pemikiran sempit para pemimpin kita.Padahal kalo lihat ke bawah pemuda-pemuda Indonesia tidak kalah pintarnya dengan pemuda-pemuda luar negeri.
Para pemuda kita sudah bosan dengan para pemimpin Negara ini,mereka tidak mengargai hasil jerih payah para pemudanya sehingga mereka lari ke Negara lain bukan semata mata karena uang karena mereka ingin menunjukkan bahwa mereka layak untuk menjadi asset bangsa.

Tuesday, March 26, 2013

Media Dan Partai

       Media-media sekarang seperti cerita sinetron tak ada yang sesuai dengan realita membuat buat isu untuk menjatuhkan. Lihat isu isu yang di angkat, mereka tidak berani mengangkat isu yang ada di tubuh partai yang menukanginya.Berita-berita partai yang baek mereka keluarkan karena sejalan dengan apa yang telah di masuki para pemimpinnya di politik. Lama-lama masyarakat akan terbodohi dengan pemberitaan media lokal yang apatis. Sebernya kita terapkan undang-undang yang tegas untuk media media ini, seharusnya media media ini tidak bolek masuk ke ranah politik untuk mengantisipasi pemberitaan yang di buat buat. Lihat tv lokal tadi siang mereka mengolok-olok kelompok partai musuh mereka dan setelah itu memberitakkan kebaikan partai yang menukangi media itu. Hmmm negeri yang aneh sudah bebas dari era orde lama sekarang jaman reformasi yang makin carut marut.
      Media-media seakan menjadi senjata utama untuk menyerang musuh mereka. Seperti memberitakkan orang-orang korup padal di tubuh partainya sendiri pun belum tentu benar. Membuat data-data dari LSM yang mana jika data itu condong buruk ke mereka mereka tak mau mempublikasikannya. Dan jika data-data itu tidak condong baik untuk mereka,mereka memberitakkan dengan cara melebih lebihkan. Seakan akan mereka adalah yang terbaik di dunia ini.
       Dimana letak para pemimpin kita yang merancang dan mengesahkan undang-undang, apakah mereka hanya duduk manis di kursi mewah mereka. Memikirkan nafsu mereka dengan menyewa wanita wanita pengibur kemaluan mereka. Apa hanya kemaluan yang mereka urus ?? Dimana sunpah yang telah di ucapkan saat di lantik. Dimana janji mereka yang telah mereka koar-koarkan dalam pemilihan. Katanya kita di suruh memilih tapi kalo seperti ini............ Sama saja kita di paksa untuk memilih minum Racun Serangga atau Racun tikus.

Sepenggal Cloteh Kaum Marjinal

     Keinginan masyarakat yang terus menuntut, menimbulkan rasa tidak percaya kepada para pemimpin bangsa yang sekarang ini hanya berkoar koar tak pasti. Tuntutkan ekonomi, menjadikan diri bangsa ini seperti menjual harga diri demi sesuap nasi. Saya heran dengan para pemimpin kita, yang di gadang-gadang akan menjadi perubah hidup masyarakat. Mereka bak para raja yang telah memenangkan pertempuran, di elu-elukan di bangga banggakan tapi menusuk dari belakang.
Janji hanyalah janji,seperti air mani yang kita rasa butuh dikeluarkan harus mencari tempat dan bahkan harus mengeluarkan uang, sesudah itu dibuang dan ditinggal. Mungkin semua ini hanyalah sebuah permainan para pengemis uang yang tak pernah puas meminta-minta uang demi perut buncitnya.
      Yahh... apalah daya negeri kita terlalu sakti sampek pantat dan pungungnya sendiri mampu mereka jilat-jilat. Kita lihat beberapa hari belakangan ini anak presiden menuntut kepada sebuah media swasta karena pencemaraan nama baik, demi nama yang apalah arti nama itu dia mengeluarkan uang banyak. Mereka tidak lihat yang ada di bawah sana di kolong kolong jembatan, di pinggir-pinggir jalan. Mereka seperti anjing kelaparan sampai kotorannya sendiri pun mereka makan.
       Rerumputan yang bergoyang mereka menangis karena mereka hanya sebagai bahan kambing hitam, pemerintah seperti kejatuhan berlian jika mendengar kata kata impor. Mereka langsung rapat besar-besaran menggalang dana yang cukup untuk membeli pulau hawai. Tapi kenyataan yang terjadi hanya di bagi-bagikan dalam birokrasi dan sisanya untuk rakyat.
Memang rakyat kita terbiasa dengan barang sisa sampai tanah yang semestinya mereka tanami dengan makanan bergizi mereka makan secara langsung.

Sepenggal Clotehan